Seperti Apa Industri ‘Bengkel’ Kapal Bekerja
Nenek moyangku seorang pelaut
Gemar mengarung luas samudera
Menerjang ombak tiada takut
Menempuh badai sudah biasa
Saya menebak lagu di atas menjadi lagu wajib bagi para pelaut saat mereka melakukan ‘ospek’ sebelum berlayar mengarungi lautan luas.
Anak SD kelas 5 pun sudah paham bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan di mana luas wilayah lautnya lebih besar daripada wilayah daratan. Dengan kondisi seperti ini, berbagai moda transportasi harus digunakan supaya semua keperluan bisa didistribusikan secara cepat dan merata. Yha walaupun emang belum merata banget tapi sudah diusahakan dari tahun ke tahun~. Kalau dikategorikan secara umum ada 3 moda transportasi yang kita gunakan sampai sekarang, yaitu moda transportasi air, udara, air, dan tanah, di saat kita membutuhkannya; Avatar menghilang air, udara, dan darat.
Nah kali ini izinkan saya untuk membahas sedikit tentang moda transportasi laut, lebih tepatnya untuk alat transportasinya yaitu kapal. Industri pelayaran dan pengapalan ini merupakan industri yang tidak bisa kita lepaskan dari kehidupan sehari-hari. Coba bayangkan batubara sebagai bahan bakar utama PLTU yang kebanyakan berada di pulau Kalimantan sana dikirim ke PLTU yang beroperasi di pulau Jawa menggunakan moda transportasi selain lewat laut. Bisa sih, pakai pesawat bisa lebih cepat malah, tapi kan yang bisa diangkut sedikit dan pastinya berpengaruh pada harga pengiriman dan nantinya merembet ke kenaikan harga pada proses selanjutnya dan akhir-akhirnya pada sambat kalo tarif dasar listrik naik lagi~ whehehe. Nah emang sepenting itu moda transportasi laut guna menunjang kemajuan bangsa, guys.
Enggak, saya berusaha untuk tidak ‘ndakik-ndakik´ menjabarkan panjang lebar bagaimana proses industri pelayaran dan pengapalan berjalan, lha wong saya juga ga paham-paham amat. Yang ingin saya ceritakan sedikit adalah tentang bagaimana galangan kapal bekerja, ada yang tidak tau apa itu galangan kapal? Sama! Saya tadinya benar-benar tidak tahu dan mau tahu apa itu yang disebut galangan, eh malah perjalanan hidup mengantarkan saya untuk bekerja di galangan kapal. Untuk membayangkan saja bagaimana bentuk dan gambaran tentang galangan saja saya tidak bisa eh sekarang tiap hari di galangan kapal lah saya kecemplung di dalamnya, huft emang namanya juga hidup, kadang lucu dan kadang lucu banget.
Industri pelayaran dan pengapalan adalah sejatinya kurir lengkap dengan motornya, dan galangan kapal adalah bengkel saat motor itu rusak. Itulah analogi sederhana yang sebenarnya kalo dibahas lebih dalam yha ga sederhana-sederhana banget. Mari kita bayangkan ada perusahaan yang meminta dikirimkan barangnya dari titik A ke titik B, disitu pasti mereka mengandalkan jasa ‘kurir’ ini. Kapal yang dimiliki oleh perusahaan pelayaran juga memiliki buku servis selayaknya motor dan mobil, kapal ini harus melakukan perbaikan di bengkel kapal dalam jangka waktu tertentu supaya tetap bisa beroperasi secara lancar. Hampir sama dengan bengkel motor yang ada montir, kasir, supplier oli, sales suku cadang motor, mbak-mbak pemilik motor matic yang mau servis, galangan kapal juga mirip-mirip seperti itu kok. Untuk lebih lengkapnya akan saya coba jabarkan satu persatu:
1. Galangan Kapal a.k.a bengkel itu sendiri
Komponen utamanya ya jelas perusahaan galangan kapal dong, sang pemilik bengkel. Perusahaan inilah yang menyiapkan segala fasilitas utama dan juga fasilitas pendukung. Fasilitas utama antara lain lahan luas yang digunakan kapal parkir, yang jelas harus dipinggir perairan baik itu sungai, pelabuhan, atau pantai. Fasilitas pendukung juga tidak kalah penting, misalnya seperangkat alat untuk menaikkan dan menurunkan kapal, perlengkapan workshop untuk bubut, pemotongan pelat baja, baling-baling kapal (propulsi) dan perlengkapan-perlengkapan yang lain. Di perusahaan bengkel kapal ini pokoknya lengkap dari bos sampai langsung dengan pekerja di lapangan ada semua.
2. Owner Representative/ Owner Surveyor
Sebagai pemilik motor, kalian tidak mau kan jika motor yang kalian sayangi hanya rusak rantainya lepas tapi montirnya bilang harus ganti roda belakang sekaligus satu set gear depan belakang. Jika kapal sudah waktunya untuk servis, atau mengalami kecelakaan di laut, untuk memberitahu kerusakan, mengontrol jalannya perbaikan dan melakukan pengecekan saat sudah diperbaiki, pemilik kapal juga harus memberitahukan ke galangan tempat kapal diperbaiki. Tapi ya ga bos yang punya kapal langsung turun tangan dong, perusahaan pemilik kapal biasanya mengirimkan seorang Owner Representative/ Owner Surveyor yang bertugas sebagai perwakilan yang punya kapal.
3. Sub-Contractor
Beberapa perusahaan punya strategi masing-masing untuk mencapai tujuan perusahaan itu berdiri, perusahaan galangan kapal sebagai main contractor pasti memiliki berbagai strategi supaya proyek perbaikan kapal berjalan sesuai target dan cuan tetap banyak. Maka sub contractor adalah jalan ninjanya, subkon ini berguna sebagai pihak ketiga untuk membantu pekerjaan supaya bisa selesai tepat waktu
4. Class Surveyor
Kapal boleh beroperasi untuk melakukan pelayaran jika sudah sesuai peraturan yang diatur di rules dari klas yang digunakan oleh kapal tersebut. Rules ini diterbitkan oleh badan klas, dan BKI ( Badan Klasifikasi Indonesia ) adalah satu-satunya badan klasifikasi yang dibentuk di Indonesia. Badan klas dari negara lain juga ada dan memiliki rules yang berbeda antar badan klasnya. Seperti Inggris mempunyai Lloyd Register,Italia dengan RINA-nya, Perancis memiliki BV, dan yang lainnya. Singkatnya badan klasifikasi mempunyai peraturan yang harus dipatuhi oleh kapal yang menggunakan klasnya. Class Surveyor atau beberapa ada yang menyebutnya dengan Marine Surveyor bertugas hampir mirip dengan Owner Surveyor. Bedanya adalah Class Surveyor mengecek pekerjaan perbaikan di kapal tersebut harus sesuai dengan peraturan yang diterbitkan oleh badan klasnya.
Empat komponen utama itu harus ada jika industri galangan kapal mau terus berjalan, walaupun tak terlepas kemungkinan masih banyak komponen lain yang juga tidak kalah penting dalam pergerakan roda industri. Masih ada supplier Marine Painting, pelat kapal, material outfitting kapal, maker mesin kapal dan banyak pihak lain yang dibelakang nama produknya diikuti dengan embel-embel kapal atau’marine’.
Mau tidak mau, industri ini harus tetap berjalan seiring dengan pelayaran dan pengapalan yang terus meningkat tiap hari. Eksploitasi batubara terus menerus itu harus didukung dengan memperbaiki kapal sebaik mungkin supaya eksploitasi nya tidak sia-sia. Yah walaupun eksploitasi itu sendiri sudah menyia-nyiakan hutan dan kehidupan yang lain. Polemik memang ada di dalam pikiran, dulu sebagai seseorang yang melabeli dirinya sendiri idealis dan maki-maki ketika menonton Sexy Killers, sekarang idealis dibunuh realitas dengan membantu memperbaiki kapal yang mengangkut batu bara itu. Puas sekali kehidupan menertawakan saya.